Sabtu, 27 Maret 2010

Siapakah Manusia?


Asal usul manusia menurut ilmu pengetahuan tidak bias dipisahkan dari teori tentang spesies baru yang berasal dari spesies lain yang telah ada sebelumnya melalui proses evolusi. Setelah tori evolusi yang diperkenalkan Darwin pada abad XIX diektrapolasikan oleh para penganutnya sedemikian rupa, seolah-olah manusia berasal dari kera. Padahal Darwin tidak pernah mengemukakan hal tersebut, walaupun taksonomi manusia dank era besar berada pada super family yang sama, yaitu hominoidae. Darwin mengemukakan teori mengenai asal usul spesies melalui sarana seleksi alam atau bertahannya ras-ras yang beruntung dalam memperjuangkan dan mempertahankan kehidupannya. Teori Darwin memuat dua aspek, aspek pertama bersifat ilmiah, namun ketika diungkapkan dan dilaksanakan, ternyata aspek ilmiahnya sangat rapuh, aspek kedua bersifat filosofis yang di beri penekanan oleh Darwin sangat kuat dan di ungkapkan secara jelas. Teori evolusi tidaklah segalanya.
Evolusi manusia menurut ahli paleontology dapat dibagi menjadi empat kelompok berdasarkan tingkat evolusinya, yaitu:
1.      Tingkat pra manusia yang fosilnya ditemukan di Johanesburg Afrika Selatan pada tahun 1924 yang dinamakan fosil Australopithecus.
2.      Tingkat manusia kera yang fosilnya ditemukan di Solo pada tahun 1981 yang disebut phitecantropus erectus.
3.      Manusia purba, yaitu tahap yang lebih dekat kepada manusia modern yang sudah digolongkan genus yang sama, yaitu homo walaupun spesiesnya dibedakan. Fosil jenis ini ditemukan di Neander, karena itu disebut homo neanderthalesis dan kerabatnya ditemukan di Solo (homo soloensis).
4.      Manusia modern atau homo sapiens yang telah pandai berfikir, menggunakan otak dan nalarnya.
Membicarakan tentang manusia dalam pandangan ilmu pengetahuan sangat tergantung pada metologi yang digunakan dan terhadap filosofis yang mendasari.
Menurut aliran para tori psikoanalisis manusia adalah makhluk yang memiliki prilaku interaksi antara komponen biologis, psikologis, dan social. Menurut para penganut tori behaviorisme, segala tingkah laku manusiaterbentuk sebagai hasil proses pembelajaran terhadap lingkungannya, tidak disebabkan aspek rasional dan emosionalnya. Menurut aliran para penganut teori kognitif manusia tidak lagi di pandang sebagai makhluk yang bereaksi secara pasif pada lingkungan, tetapi sebagai makhluk yang selalu berusaha memahami lingkungannya, makhluk yang selalu berfikir. Menurut para penganut teori humanismemanusia berperilaku untuk mempertahankan, meningkatkan dan megatualisasikan diri.
Konsep manusia dalam al-Qur’an dipahami dengan memperhatikan kata-kata yang paling menunjuk pada makna manusia yaitu kata basyar, insan, dan al-nas. Konsep basyar selalu dihubungkan pada sifat-sifat biologis manusia, seperti asalnya dari tanah liat atau lempung kering, manusia makan dan minum. Basyar adalah makhluk yang sekedar berada yang statis seperti hewan. Manusia sebagai basyar tunduk pada takdir Allah, sama dengan makhluk lain. Konsep insan selalu dihubungkan pada sifat psikologis atau spiritual manusia sebagai makhluk yang berfikir, diberi ilmu, dan memikul amanah. Insan adalah makhluk yang menjadi dan terus bergerak maju kea rah kesempurnaan. Konsep al-nas menunjuk pada semua manusia sebagai makhluk sosila atau secara kolektif. Manusia sebagai insan dan al-nas bertalian dengan hembusan roh Allah yang memiliki kebebasan dalam memilih untuk tunduk atau menentang takdir Allah.
Dengan demikian al-Qur’an memandang manusia sebagai makhluk biologis, psikologis, dan social.
Manusia memiliki fitrah dalam arti potensi, yaitu kelengkapan yang diberikan pada saat dilahirkan ke dunia. Potensi yang dimiliki manusia dapat dikelompokkan pada dua hal, yaitu potensi fisik dan potensi ruhaniah.
Manusia ideal adalah manusia yang mampu menjaga fitrah (hanif)nya dan mampu mengelola dan memadukan potensi akal, qolbu, dan nafsunya secara harmonis.
Ibnu Sina yang terkenal dengan filsafat jiwanya menjelaskan bahwa manusia adalah makhluk social, untuk penyempurnaan jiwa manusia demi kebaikan hidupna, karena manusia tidak bias hidup dengan baik tanpa ada orang lain. Ibnu Sina juga menjelaskan bahwa manusia adalah makhuk ekonomi, karena ia selalu memikirkan masa depannya dan menyiapkan segala sesuatu untuk masa depannya, terutama mengenai barang atau materi untuk kebutuhan jasmaninya.
Menurut pandangan Murtadha Mutahhari, manusia adalah makhluk serba dimensi. Dimensi pertama secara fisik manusia hamper sama dengan hewan, membutuhkan makan, minum, istirahat, dan menikah, supaya ia dapat hidup, tumbuh dan berkembang. Dimensi kedua, manusia memiliki sejumlah emosiyang bersifat etis, yaitu ingin memperoleh keuntungan dan menghindari kerugian. Dimensi ketiga, manusia mempunyai perhatian terhadap keindahan. Dimensi keempat, manusia memiliki dorongan untuk menyembah Tuhan. Dimensi kelima, manusia memiliki kemampuan dan kekuatan yang berlipat ganda, karena ia dikaruniai akal, fikiran, dan kehendak bebas, sehingga ia mampu menahan hawa nafsu dan dapat menciptakan keseimbangan dalam hidupnya. Dimensi keenam, manusia mampu mengenal dirinya sendiri.