Minggu, 20 Maret 2011

Berteman Karena Allah



Kalimat ini sering terdengar dan diucapkan oleh sebagian orang. Juga seringkali dianjurkan oleh para ulama, serta da’i-da’I kondang yang berceramah di televise. Yakni berteman dan bersaudara karena Allah. Namun bagaimanakah sebenarnya konotasidari berteman dan bersaudara karena Allah?. Apakah kita harus mencari teman yang berasal dari golongan putra atau putrid kiayi dan ulama?

Memang tidak sedramatis itu. Mentang-mentang kiayi dan ulama dikonotasikan sebagai orang-orang yang dekat hubungannya dengan Allah, maka berteman dengan merekapun, dinamakan berteman karena Allah!. Bukan.. bukan seperti itu. Berteman karena Allah Ta’ala, dalam arti yang simple adalah berteman dengan siapa saja, tanpa pandang bulu. Teman yang miskin, kaya, kurang sempurna dari segi fisiknya dan lain sebagainya yang tidak merugikan secara moral dan akhlaknya. Ikhlas, tanpa ada tendensi suatu apapun dibalik persahabatan itu.

Dan wanita-wanita yang mempunyai akal, iman serta kesucian hati yang tinggi biasanya paling bisa merangkul seseorang untuk dijadikan teman, saudara dan sahabat dalam mempertjuangkan kisi-kisi iman di sudut hati teman-teman muslimah lainnya. Dia dengan prasaan bangga pasti akan menabur bunga-bunga persahabatan diantara sesamanya. Hubungan wanita muslimah dengan saudara-saudara dan teman-temannya berbeda dengan hubungan wanita-wanita lainnya, karena dia menjalin hubungan tersebut dengan berdasarkan pada prinsip persaudaraan semata-mata hanya karena Allah. Persaudaraan karena Allah ini merupakan ikatan yang paling kuat antara seseorang dengan lainnya, baik laki-laki maupun perempuan. Yaitu ikatan keimanan kepada Allah yang telah diikatkan Allah SWT pada diri setiap kaum muslimin secara keseluruhan. Sebagaimana yang telah disebutkan dalam firman-Nya: ”Sesungguhnya orang-orang Mu’min itu adalah bersaudara ra. (Surah Al-Hujarat:10)

Persaudaraan yang didasarkan karena iman merupakan ikatan hati yang paling baik, jalinan jiwa yang paling kokoh, serta akal dan rohani yang paling tinggi di atas persaudaraan atau persahabatan yang hanya didasari karena hawa nafsu atau bukan karena Allah. Sehingga tidak mengherankan lagi jika kita melihat seorang wanita menjalin persaudaraan karena Allah yaitu kecintaan yang bersih dan penuh ketulusan dalam kehidupan manusia. Cinta kasih yang bersih dari berbagai nilai materi serta tujuan buruk dan dari berbagai macam kotoran, merupakan kejernihan serta kebersihan cinta yang didasari dari cahaya wahyu dan petunjuk Rasul saw. Cinta suci yang dimiliki oleh setiap kaum muslimin, baik laki-laki maupun perempuan adalah cinta yang di dasari dengan keimanan, sehingga mereka dapat merasakan manisnya iman itu.



Rabu, 16 Maret 2011

Cantik lahirnya bukan berarti menor


Semua wanita senang di puji, semua wanita bangga dengan rupa fisiknya dan semua wanita gemar berusaha demi kecantikkan lahiriahnya. Namun sayang, di antara sekian banyak wanita, lebih banyak yang berpersepsi bahwa kecantikan lahir/fisik wajah, identik dengan dandanan yang aduhai menornya. Padahal tidak demikian maksudnya. Wanita bisa tampak cantik secara lahiriah, meskipun tanpa make up atau tampil polosan.
Wanita memang boleh berhias dengan catatan, bukan bertujuan untuk perbuatan munkar. Perhatian pada penampilan ini tidak boleh menyebabkan wanita dalam berhias bertujuan untuk mempertontonkan perhiasannya laki-laki lain yang bukan suaminya dan bukan pula muhrimnya. Juga tidak berlebih-lebihan dalam berpenampilan, yaitu dengan melanggar batas ketentuan yang telah di tetapkan oleh syari’at islam. Oleh karena itu, wanita yang benar-benar sadar dan memahami ajaran agamanya tentu akan membuka senantiasa mengutamakan kesederhanaan (sederhana bukan berarti kucel dan acak-acakan lhoooooo!), bersih lahir batinnya penuh kesahajaan sebagai wanita muslimah pilihan. Inilah sesungguhnya yang amat di sukai Allah dan RasulNya.
Berdasarkan menor dengan memperlihatkan perhiasan dan auratnya dengan tujuan maksiat, dalam islam disebut dengan “tabaruj”. Tabaruj ini dahulu kala hanya dilakukan oleh wanita-wanita nakal, yang menjual kemolekkan tubuhnya untuk mendapatkan keuntungan uang dan materi lainnya. Mereka menipu diri sendir dengan kemenoran dan dananya, agar dipandang dan mendapat pujian sebagai yang “tercantik”, meskipun wajah aslinya sebenarnya amat buruk. Tidak hanya wajahnya, tetapi mungkin pula juga hatinya. Sedangkan zaman sekarang tabaruj telah menjadi kebiasaan wanita-wanita muslimah yang mengaku taat menjalankan syari’at agamanya. Mereka sangat rajin menipu diri mereka sendiri dengan merawat kecantikan lahirnya saja, tidak memperbaiki kualitas kecantikkan hatinya.
Padahal sebenarnya tidak ada untungnya wanita-wanita yang lalai ini menipu dirinya sendiri. Mereka menganggap bahwa tabaruj bagi dirinya merupakan perbuatan lumrah dan biasa, yang tidak berpengaruh bagi moral, tidak membangkitkan potensi-potensi syahwatdan tidak menyulut api kelezatan yang haram.
Dan itu tidak hanya terjadi pada wanita-wanita awam, tetapi ironisnya, terjadi juga pada wanita-wanita yang menjadi tokoh agama. Mereka sering lalu-lalang di pusat perbelanjaan dengan pakaian-pakaian dan cerminan wajah yang mengesankan kesombongan. Sehingga sudah membedakan antara seorang nyonya yang terhormat denga wanita yang tidak punya harga diri dan rasa malu. Kasihan deeehhh..karena mereka tak pandai menempatkan martabat yang telah diperolehnya. Akibatnya mereka terperosot ke jurang kehinaan, meskipun dalam anggapan diri mereka sendiri adalah orang terhormat yang mempunyai harga diri dan martabat yang tinggi. Maka camkanlah wahai wanita…anda akan sangat merugi, jika harus kehilangan kehormatan karena menanggalkan lain kerudungnya kemudian menggantinya dengan pakaian yang nista lagi menurunkan derajat sebagai wanita baik-baik.

Hidup ini

Terlalu sakit untuk di ingat
begitu pahit perjalanan yang ku lalui
semua memang butuh proses
tak ada perjalanan hidup yang mudah
namun tak ada pula perjalanan hidup yang sulit
*"EAZY GOING"  kalo kata miss. Laila*
tapi apa mungkin dari perjalanan hidup setiap insan/i selalu merasakan kepuasan?
jawabannya "TIDAK"
karena apa?
karena manusia selalu di rasuki oleh nafsu di dalam dirinya
karena manusia yang tak beriman akan dengan mudah terhasud
tapi ketahuilah
manusia adalah makhluk sosial
manusia pasti memerlukan manusia yang lain dalam kehidupan ini

"jangan pernah menganggap orang yang selalu membantu kita adalah orang yang baik, dan harus kita puja"