Rabu, 16 Maret 2011

Cantik lahirnya bukan berarti menor


Semua wanita senang di puji, semua wanita bangga dengan rupa fisiknya dan semua wanita gemar berusaha demi kecantikkan lahiriahnya. Namun sayang, di antara sekian banyak wanita, lebih banyak yang berpersepsi bahwa kecantikan lahir/fisik wajah, identik dengan dandanan yang aduhai menornya. Padahal tidak demikian maksudnya. Wanita bisa tampak cantik secara lahiriah, meskipun tanpa make up atau tampil polosan.
Wanita memang boleh berhias dengan catatan, bukan bertujuan untuk perbuatan munkar. Perhatian pada penampilan ini tidak boleh menyebabkan wanita dalam berhias bertujuan untuk mempertontonkan perhiasannya laki-laki lain yang bukan suaminya dan bukan pula muhrimnya. Juga tidak berlebih-lebihan dalam berpenampilan, yaitu dengan melanggar batas ketentuan yang telah di tetapkan oleh syari’at islam. Oleh karena itu, wanita yang benar-benar sadar dan memahami ajaran agamanya tentu akan membuka senantiasa mengutamakan kesederhanaan (sederhana bukan berarti kucel dan acak-acakan lhoooooo!), bersih lahir batinnya penuh kesahajaan sebagai wanita muslimah pilihan. Inilah sesungguhnya yang amat di sukai Allah dan RasulNya.
Berdasarkan menor dengan memperlihatkan perhiasan dan auratnya dengan tujuan maksiat, dalam islam disebut dengan “tabaruj”. Tabaruj ini dahulu kala hanya dilakukan oleh wanita-wanita nakal, yang menjual kemolekkan tubuhnya untuk mendapatkan keuntungan uang dan materi lainnya. Mereka menipu diri sendir dengan kemenoran dan dananya, agar dipandang dan mendapat pujian sebagai yang “tercantik”, meskipun wajah aslinya sebenarnya amat buruk. Tidak hanya wajahnya, tetapi mungkin pula juga hatinya. Sedangkan zaman sekarang tabaruj telah menjadi kebiasaan wanita-wanita muslimah yang mengaku taat menjalankan syari’at agamanya. Mereka sangat rajin menipu diri mereka sendiri dengan merawat kecantikan lahirnya saja, tidak memperbaiki kualitas kecantikkan hatinya.
Padahal sebenarnya tidak ada untungnya wanita-wanita yang lalai ini menipu dirinya sendiri. Mereka menganggap bahwa tabaruj bagi dirinya merupakan perbuatan lumrah dan biasa, yang tidak berpengaruh bagi moral, tidak membangkitkan potensi-potensi syahwatdan tidak menyulut api kelezatan yang haram.
Dan itu tidak hanya terjadi pada wanita-wanita awam, tetapi ironisnya, terjadi juga pada wanita-wanita yang menjadi tokoh agama. Mereka sering lalu-lalang di pusat perbelanjaan dengan pakaian-pakaian dan cerminan wajah yang mengesankan kesombongan. Sehingga sudah membedakan antara seorang nyonya yang terhormat denga wanita yang tidak punya harga diri dan rasa malu. Kasihan deeehhh..karena mereka tak pandai menempatkan martabat yang telah diperolehnya. Akibatnya mereka terperosot ke jurang kehinaan, meskipun dalam anggapan diri mereka sendiri adalah orang terhormat yang mempunyai harga diri dan martabat yang tinggi. Maka camkanlah wahai wanita…anda akan sangat merugi, jika harus kehilangan kehormatan karena menanggalkan lain kerudungnya kemudian menggantinya dengan pakaian yang nista lagi menurunkan derajat sebagai wanita baik-baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar